Karier politik dan peluang pemilu seperti apa yang dimiliki Kofifa, Lisma, dan Ruluku?

0
2

Karier politik dan peluang pemilu seperti apa yang dimiliki Kofifa, Lisma, dan Ruluku?

Selama 15 tahun terakhir, Kofifa telah membentuk kampanye gubernur Jawa Timur. Kofifa dikalahkan oleh Partai Demokrat pada tahun 2008 dan 2013. Ia menjadi pemimpin pada tahun 2018 ketika ia terpilih di negara bagian yang berpenduduk sedikitnya 40 orang.

Kofifa memulai karir politiknya sebagai wakil rakyat sebagai pengurus Partai Persatuan Pembangunan pada masa Orde Baru, dan webgiswisatasubang.com dipindahkan ke PKB setelah reformasi. Selain menjadi Anggota DPR, ia juga menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial.

Untuk Pilkada Jatim 2024, Kofifa disebut akan membentuk koalisi beranggotakan 14 parpol: PAN, Gerindra, Golkar, Partai Demokrat, PPP, PSI, PKS, Pelindo, Nasdem, Partai Buruh, Partai Gelora, PBB, dan PKN .didukung oleh pemerintah. Dan pesta Garuda.

Berikutnya adalah Lisma yang menjabat Wali Kota Surabaya pada 2010 hingga 2020. Namun, sebelum menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota, Lisma diangkat menjadi Menteri Sosial oleh Presiden Joko Widodo.

Risma dan anggota parlemen mendapat dukungan dari PDIP, Partai Hanura, dan Partai Ummat. Terakhir adalah Ruluk Nur Hamida dari PKB.

Ia merupakan anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Tengah periode 2019 hingga 2024. Ruluk yang diusung dari PKB menantang Kofifa dan Risma.

Lantas, bagaimana hasil berbagai survei menunjukkan peluangnya memenangkan Pilgub Jatim?
Merujuk hasil survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) pada Juli 2024 yang melakukan simulasi terhadap delapan calon gubernur, nilai elektabilitas Kofifa sebesar 49,7%, jauh melampaui Risma yang sebesar 13,4%. Setelah mempersempit pilihan dengan mensimulasikan dua nama, jajak pendapat tersebut menemukan bahwa Kofifa memiliki peluang menang sebesar 54,3%, sedangkan Lisma meningkat menjadi 23,8%.

Berdasarkan hasil survei penelitian dan pengembangan Kompas pada Juni 2024, peluang terpilihnya Pak Khofifah sebesar 26,8% dan Pak Risma 13,6%. Namun 51% responden masih menyatakan tidak menjawab atau tidak tahu.

“Mengingat banyaknya responden yang belum mengambil keputusan, berarti masih banyak ruang bagi calon lain (selain Kofifa) yang berada di posisi kedua Wahyu, peneliti R&D Kompas. Selanjutnya, survei Proximity Indonesia menunjukkan tingkat kemenangan Kofifa mencapai 55,8%, sedangkan Risma 21,8%.

Ketiga jajak pendapat tersebut tidak menyebutkan elektabilitas Luluku dibandingkan Kofifa atau Lisma.

Mengapa ketiga kandidat dalam kontes “Pahlawan Nahduriin” adalah perempuan?
Pengamat politik Sulokim mengatakan, kehadiran tiga calon perempuan menunjukkan bahwa politisi perempuan di Jawa Timur telah “naik ke level berikutnya.”

Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Jawa Timur berpendidikan tinggi dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang gender, tambahnya. Edisi-edisi ini sudah tidak dijual lagi. Kehadiran pahlawan wanita berfungsi untuk menyeimbangkan tingkat kepemimpinan perempuan dalam politik. Selama ini kepemimpinan perempuan masih sedikit dan masih didominasi laki-laki , kata Slokim.

Diakui Slokim, kemunculan penantang perempuan tak lepas dari jejak Kofifa yang memenangkan Pilkada dan memimpin Jawa Timur.

“Kehadiran Pak Kofifa telah memperkenalkan dan membuka pintu bagi lebih banyak politisi perempuan. Ditambah lagi dengan kecenderungan yang berkembang bahwa kepemimpinan feminis dipandang lebih peduli dan berempati,” katanya.